Analisis teknikal atau analisis grafis adalah sebuah pendekatan yang sifatnya mengamati atau menganalisis dengan mengacu pada chart/grafik
dan segala alat bantu (indikator teknikal) yang ada di dalamnya dan
bertujuan untuk memprediksi harga di masa yang akan datang. Trader yang
menggunakan analisis ini disebut trader teknikal, teknikalis, chartist, atau bisa pula teknisi.
Sejarah Analisis Teknikal
Penilaian harga saham yang wajar (intrinsic value) telah ada sejak awal abad ke-16. Berawal dari perdagangan agrikultur di Eropa sampai ke perdagangan beras di Jepang. Pelaku pasar pada saat itu dengan tidak sengaja telah mempraktekkan teknik penilaian saham yang telah berkembang sampai saat ini, yaitu analisis teknikal. Sampai pada awal abad ke-18, analisis teknikal ini semakin dipopulerkan oleh dua orang bersahabat yakni Charles Dow dan Edward Jones yang namanya diabadikan sebagai nama sebuah bursa, Dow Jones. Dalam perjalanan karirnya di bursa saham, Dow dan Jones sering menuangkan tulisan yang dimuat dalam surat kabar harian The Wall Street Journal. Tulisan mereka dalam surat kabar tersebut menjelaskan tentang teknik-teknik dasar analisis teknikal yang diakui dan dihargai sampai saat ini. Teknik-teknik tersebut lalu dipraktekkan oleh berbagai kalangan dalam perdagangan saham di bursa saham pertama di dunia, Stock Market Average. Stock Market Average ini resmi didirikan oleh Charles Dow pada tahun 1884. Bursa saham tersebut pada awalnya hanya memperdagangkan saham dari sebelas perusahaan namun terus berkembang menjadi 30 perusahaan dan bertahan hingga saat ini. Seiring berkembangnya zaman, lalu muncullah jenis-jenis perdagangan lain dari berbagai instrumen, seperti forex ini. Mengingat mekanismenya yang tidak jauh berbeda dengan mekanisme pasar dalam bursa saham, pelaku pasar–yang awalnya institusi dan lembaga keuangan negara ini–menerapkan semua teknik yang ada pada perdagangan saham. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih cepat sehingga mendorong para pakar untuk menciptakan metode-metode baru dalam analisis teknikal yang sampai saat ini banyak digunakan untuk memprediksi harga di masa yang akan datang.
Penilaian harga saham yang wajar (intrinsic value) telah ada sejak awal abad ke-16. Berawal dari perdagangan agrikultur di Eropa sampai ke perdagangan beras di Jepang. Pelaku pasar pada saat itu dengan tidak sengaja telah mempraktekkan teknik penilaian saham yang telah berkembang sampai saat ini, yaitu analisis teknikal. Sampai pada awal abad ke-18, analisis teknikal ini semakin dipopulerkan oleh dua orang bersahabat yakni Charles Dow dan Edward Jones yang namanya diabadikan sebagai nama sebuah bursa, Dow Jones. Dalam perjalanan karirnya di bursa saham, Dow dan Jones sering menuangkan tulisan yang dimuat dalam surat kabar harian The Wall Street Journal. Tulisan mereka dalam surat kabar tersebut menjelaskan tentang teknik-teknik dasar analisis teknikal yang diakui dan dihargai sampai saat ini. Teknik-teknik tersebut lalu dipraktekkan oleh berbagai kalangan dalam perdagangan saham di bursa saham pertama di dunia, Stock Market Average. Stock Market Average ini resmi didirikan oleh Charles Dow pada tahun 1884. Bursa saham tersebut pada awalnya hanya memperdagangkan saham dari sebelas perusahaan namun terus berkembang menjadi 30 perusahaan dan bertahan hingga saat ini. Seiring berkembangnya zaman, lalu muncullah jenis-jenis perdagangan lain dari berbagai instrumen, seperti forex ini. Mengingat mekanismenya yang tidak jauh berbeda dengan mekanisme pasar dalam bursa saham, pelaku pasar–yang awalnya institusi dan lembaga keuangan negara ini–menerapkan semua teknik yang ada pada perdagangan saham. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih cepat sehingga mendorong para pakar untuk menciptakan metode-metode baru dalam analisis teknikal yang sampai saat ini banyak digunakan untuk memprediksi harga di masa yang akan datang.
Memprediksi harga berdasarkan analisis teknikal berbeda
dengan analisis fundamental. Pada analisis teknikal, trader hanya
mengandalkan pergerakan historik pada sebuah chart yang nantinya
dijadikan acuan dalam melakukan aksi jual ataupun beli. Pergerakan
historik adalah pergerakan yang terjadi di masa lampau yang tidak
memiliki batasan waktu dalam penggunaannya. Jadi, selama chart masih
bisa ditarik mundur, itulah yang bisa kita manfaatkan untuk melakukan
analisis teknikal.
Teknikalis biasanya tidak terpengaruh oleh isu-isu yang
berkembang di masyarakat luas karena mereka memiliki asumsi atau
pemikiran bahwa segala yang terjadi di luar sana akan tergambar jelas
pada grafik pergerakan. Asumsi inilah yang membedakan analisis teknikal
dengan analisis fundamental. Secara umum, ada tiga asumsi yang melekat
pada analisis teknikal ini:
-
Grafik Merupakan Cerminan Dari Segala Kondisi Yang Terjadi
Ini adalah asumsi paling mendasar yang dimiliki oleh trader teknikal. Mereka memiliki anggapan bahwa segala bentuk/dampak dari faktor ekonomi, politik, ataupun faktor fundamental lainnya akan tercermin pada chart mereka dan apa yang mereka lihat pada pergerakan historik itulah yang mereka anggap sebagai gambaran keseluruhan atas gejolak pasar yang terjadi.
-
Harga Bergerak Sesuai Trend Yang Terjadi
“Trend is friend and price is always right.” Hanya dengan melihat pergerakan secara keseluruhan, trader teknikal sudah bisa menyimpulkan bahwa harga akan terus mengikuti trendnya sampai sebuah trend baru muncul. Artinya, ada kecenderungan dimana harga akan terus bergerak naik ataupun turun sampai pada saatnya ia berbalik arah. Dasar dari asumsi ini adalah bentuk dari ungkapan di atas yang mengartikan trend adalah teman dan harga selalu benar. Ketika seorang trader teknikal akan melakukan risetnya, hal pertama yang akan mereka lihat adalah major trendnya, apakah itu bullish ataupun bearish. Major trend yang terjadi akan menjadi pertimbangan bagi mereka dalam memprediksi harga yang akan datang. Terlepas dari timeframe yang mereka gunakan, ketika melihat pergerakan harga secara dominan, mereka akan terus menganggap harga akan melanjutkan trendnya sampai batasan–dari suatu kondisi tertentu–yang mereka gunakan tercapai.
-
Sejarah Terus Berulang dan Akan Selalu Terulang
Apa yang telah terjadi dapat kembali terjadi dan akan terus begitu. Itulah asumsi yang muncul dari apa yang telah mereka amati pada grafik pergerakan harga. Mereka meyakini: ketika terjadi pengulangan terhadap suatu kondisi, itu artinya harga selalu bereaksi sama terhadap kondisi tersebut. Mereka yakin akan adanya siklus dalam pergerakan harga yang akan selau terulang dalam periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh sifat dasar manusia yang dari dulu sampai sekarang tetap sama dalam menanggapi pergerakan harga yang terjadi.
Tiga
asumsi di atas merupakan perwakilan dari asumsi-asumsi lain yang
dimiliki teknikalis secara keseluruhan. Namun demikian, mereka biasanya
sangat membutuhkan alat bantu yang terdapat pada chart mereka. Dengan
menggunakan alat bantu atau indikator, mereka dapat lebih mudah membaca
grafik. Indikator seperti moving average, trendline,
dan fibonacci menjadi alat bantu dasar dan paling sering digunakan dalam
melakukan analisis ini. Adapun alat bantu dalam analisis teknikal namun
bukan merupakan indikator seperti chart pattern dan candlestick pattern
menjadi alat bantu yang sangat berguna bagi teknikalis jika mereka bisa
mengkombinasikannya dengan indikator yang ada secara baik dan selaras.
0 komentar:
Posting Komentar